POROSMAJU-MAKASSAR, Wartawan Tirto.id, Arman Dhani membeberkan kunci kedalaman konten tulisan di media Tirto. Arman Dhani, mengungkapkan bahwa salah satu kunci tulisan jurnalistik yang baik itu kolaborasi, ujar Dhani saat menjadi pembicara tentang riset dan investigasi di Universitas Negeri Makassar (UNM), Sabtu, 9 Desember 20017.
“Kolaborasi itu kunci kalau mau menghasilkan jurnalistik yang baik,” ujar penulis yang akrab disapa Dhani saat ditanya perihal cara dapur Tirto mengolah konten secara mendalam.
Menurut pemaparan Dhani, Tirto mengembangkan sebuah sistem kolaborasi di dalam pengolahan suatu konten. Secara garis besar, Tirto memiliki tiga tim utama di dalam penulisan berita maupun investigasi. Tim tersebut adalah tim riset, tim lapangan, dan tim penulis yang didalamnya inklut tim visual.
“Penulis di tirto itu tidak sendirian, ada penulis lapangan, ada tim riset. Kalau perlu dan sangat perlu, biasanya kami bisa juga bekerja sama dengan tim visual, untuk meminta visual konten-konten tertentu,” ungkap Dhani.
Melalui tiga tim utama ini, masing-masing tim memiliki peran penting di dalam penulisan konten di media Tirto. Dhani menjelaskan beberapa contoh dalam penulisan konten di Tirto yang melibatkan tim-tim yang ada.
“Tirto punya tim riset sendiri. Misalkan hari ini ada pelantikan Marsekal TNI AU jadi Panglima, ketika media lain itu menceritakan tentang siapa marsekal ini, Tirto bergerak dengan prespektik yang berbeda. Misalnya, mecari tahu mengapa si selama ini panglima-panglimanya kebanyakan dari TNI AD?” ungkap Dhani.
Lebih lanjut, Dhani menjelaskan bahwa ketiga tim ini bekolaborasi untuk menulis konten. Tim riset akan mencari data tentang panglima-panglima TNI, tim lapangan akan mencari data melalui wawancara kepada pihak-pihak yang dianggap ahli dalam bidang yang dibutuhkan, dan tim penulis yang menuliskan konten dari data yang dikumpulkan.
“Sementara saya menunggu kedua tim lain, saya sendiri menulis. Ketika media lain hanya sekedar ngomongin 5w+1h apa yang terjadi, kami bisa dengan sangat dalam menulis berita-berita dengan prespektif sejarah berbasis data,” ungkapnya.
Hal ini yang kemudian menyebabkan jurnalis Tirto mampu menuliskan konten mendalam serta mampu menemukan prespektif yang berbeda.
Untuk isu-isu yang membutuhkan riset, Dhani mengungkapkan bahwa hasil bisa saja salah, tetapi metodologi yang digunakan tidak boleh salah.
“Hasil penelitian itu boleh salah, tapi metodologi tidak boleh,” ungkap Dhani.
“Ketika ada yang mengatakan bahwa itu salah, itu ga masalah. Pertanyaannya adalah metodologinya benar atau tidak?” ungkap Dhani lebih lanjut.
Di Tirto, ada empat sumber data. Empat sumber tersebut dikualifikasikan Dhani menjadi sumber kualitatif, kuantitatif, sumber primer dan sumber sekunder. Selain itu, biasanya Dhani memetakan sumber dari sumber yang sekunder menuju sumber primer untuk menghasilkan riset yang mendalam.
“Riset media itu selalu dimulai dari isu,” kata Dhani untuk titik awal suatu riset.
Data awal isu itu kemudian dikumpulkan, kemudiam membuat suatu asumsi. Setelah itu, data ini kemudian diolah. Setelah diolah, dilakukan pengujian. Setelah melalui semua tahapan itu, baru dilakukanlah penulisan.
Selain kolaborasi dan riset, salah satu hal penting dalam jurnalistik adalah jejaring. Hal ini dijelaskan Dhani dengan mencontohkan konten-konten yang berkaitan dengan peristiwa yang berasal dari luar negeri.
“kita terus tumbuh dan berjejaring dengan orang-orang di luar. Salah satunya adalah mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang kuliah di luar negeri untuk mengisi artikel kita. Dari situ kita dikenalkan dengan wartawan-wartawan luar. Kemudian mau menulis di tirto,” kata Dhani.
Untuk menuliskan tentang Erdogan, Tirto mencari mahasiswa dari Turki yang bisa menulis. Demikian juga dengan tulisan tentang Gojek yang 80% tim IT-nya berada di Banglades, Tirto mendapatkan tulisan dari mahasiswa Indonesia di Banglades.
Sedangkan untuk persoalan tulisan jurnalisme invenstigasi, Dhani menitipberatkan pada aspek penulisan.
“Peristiwa itu perlu diceritakan, kalau sekedar angka itu ga bunyi, jadi statistik kalu misalnya bisa, diceritakan dan kalau bisa menghasilkan visual,” ungkap Dhani saat menjelaskan tulisan tentang penggusuran.
“Investigasi itu harus dingin tapi penulisannya jangan,” ungkap Dhani mengenai salah satu perinsip di dalam tulisan investigasi.
Selain kolaborasi dan jejaring yang dilakukan oleh Tirto, kepedulian terhadap jurnalisnya juga sangat tinggi. Saat ini beberapa jurnalis Tirto disekolahkan di luar negeri untuk memperdalam pengetahuannya tentang jurnalis. Dhani juga saat ini sedang disekolahkan di Mojok.co selama satu tahun. Tujuan utamanya agar dapat belajar manajemen isu dari Mojok.co.
Kehadiran Dhani di Makassar untuk menjadi pembicara dalam kegiatan Pelatihan National Research Training yang diakan BEM UNM di Gedung Pinisi Jln. A.P. Pettarani, Makassar.
Jurnalis Tirto: Kolaborasi itu Kunci Jurnalistik
Read Also
POROSMAJU.COM, Sebuah nama kembali muncul ke permukaan. Rocky Gerung,…
POROSMAJU.COM- Jika kita menelusuri jalan provinsi, 7 kilometer arah…