Example 728x250
Berita

Deep Learning Jadi Sorotan Seminar Nasional, Prof Nurlina Paparkan Pendekatan Humanis

19
×

Deep Learning Jadi Sorotan Seminar Nasional, Prof Nurlina Paparkan Pendekatan Humanis

Share this article
Example 468x60

Porosmaju.com, Makassar — Seminar Nasional Pendidikan Fisika bertema “Deep Learning dalam Pembelajaran Fisika Kontekstual Menuju Generasi Saintifik dan Humanis” digelar Rabu, 16 Juli 2025. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Universitas PGRI Madiun.

Acara yang berlangsung secara daring dan luring (hibrida) ini diikuti oleh sekitar 150 peserta dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.

Example 300x600

Dua narasumber utama dihadirkan dalam kegiatan ini, yakni Prof. Nurlina dan Dr. Tantri Mayasari. Selain sesi pleno, seminar juga dirangkai dengan presentasi paralel oleh sekitar 30 pemakalah, serta partisipasi aktif 80 hingga 100 peserta lainnya.

“Kegiatan ini tidak hanya berhenti di sesi narasumber, tetapi berlanjut dalam forum paralel untuk mempresentasikan hasil penelitian,” ujar Ketua Pelaksana, Andista Candra Yusro, M.Pd. Ia menyebutkan bahwa peserta berasal dari berbagai daerah, termasuk dari Universitas Muslim Maros (UMMA) dan Universitas Papua, meskipun sebagian mengalami kendala teknis saat mengikuti sesi daring.

Andista berharap para narasumber dapat memberikan pandangan strategis terkait arah pengembangan pembelajaran fisika, sejalan dengan penyesuaian kurikulum oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

Apresiasi dan Harapan

Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Universitas PGRI Madiun, Farida Huriawati, M.Si., menyampaikan apresiasi atas dukungan berbagai pihak dalam pelaksanaan seminar. Ia menilai seminar ini berhasil mengangkat isu-isu strategis seperti pendekatan deep learning, nilai dalam pendidikan, dan peran guru non-bimbingan konseling dalam pembelajaran bermakna.

“Semoga materi dari pemateri dan pemakalah dapat menambah wawasan kita semua,” ujarnya. Ia menutup sambutan dengan pantun ringan, “Burung Papua burung Cenderawasih, akhir kata terima kasih.”

Pentingnya Budaya Akademik

Wakil Rektor IV Universitas PGRI Madiun, Jeffry Handhika, M.Si., menekankan pentingnya menjaga budaya akademik melalui forum ilmiah seperti seminar. Menurut dia, forum ini melatih mahasiswa untuk percaya diri dalam menyampaikan hasil penelitian serta membiasakan diri menerima masukan dan berjejaring lintas kampus.

“Topiknya sangat relevan, karena menggabungkan aspek saintifik dan humanis, yang juga penting bagi guru non-BK dalam memahami nilai, etika, dan karakter siswa,” ujarnya.

Ia berharap, seminar semacam ini terus digelar secara rutin dan ke depan dapat dilakukan secara luring penuh agar interaksi menjadi lebih intensif.

Pembelajaran Mendalam yang Memuliakan Peserta Didik

Dalam pemaparannya pada Seminar Nasional Pendidikan Fisika, Guru Besar Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Makassar, Nurlina, menekankan bahwa pendekatan deep learning tidak hanya berbicara soal kedalaman pemahaman konsep semata.

Lebih dari itu, deep learning merupakan sebuah proses pendidikan yang menempatkan peserta didik sebagai subjek utama yang dihargai secara utuh. Prof Nurlina menyebutnya sebagai pembelajaran yang berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan.

Menurut Nurlina, pembelajaran yang memuliakan peserta didik berarti memberi ruang bagi martabat, potensi, serta sisi kemanusiaan mereka untuk berkembang. Ia menekankan pentingnya proses belajar yang menghadirkan kesadaran penuh terhadap pengalaman belajar itu sendiri, mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata, serta menciptakan suasana yang menyenangkan dan memotivasi. Semua itu, ujarnya, merupakan bagian dari pendekatan holistik yang melibatkan bukan hanya aspek kognitif, tetapi juga olah pikir, olah rasa, olah hati, dan olah raga secara terpadu.

Dalam konteks pembelajaran fisika, Nurlina mengaitkan pendekatan deep learning dengan model Contextual Teaching and Learning atau Pembelajaran Kontekstual. Pendekatan ini menurutnya penting agar ilmu fisika tidak sekadar dipahami secara abstrak, tetapi dapat dihidupkan melalui pengalaman nyata peserta didik. Ia menyebutkan bahwa unsur-unsur penting dalam pembelajaran kontekstual mencakup konstruktivisme, inkuiri, refleksi, pemodelan, komunitas belajar, serta asesmen autentik.

Penerapan konsep ini, misalnya, dapat dilihat dari cara guru menjelaskan hukum Newton atau energi dengan mengaitkannya pada keselamatan berkendara, efisiensi energi rumah tangga, atau dampak lingkungan. Dengan cara seperti itu, peserta didik tidak hanya menghafal rumus, melainkan memahami makna dan fungsi dari konsep yang dipelajari. Sains, dalam hal ini fisika, tidak lagi diposisikan sebagai pengetahuan yang jauh dari keseharian, melainkan sebagai alat untuk memahami dan memperbaiki realitas sosial dan ekologis di sekitar mereka.

Membangun Generasi Saintifik–Humanis

Lebih jauh, Nurlina menyampaikan bahwa pendidikan fisika idealnya diarahkan pada pembentukan generasi yang tidak hanya berpikir saintifik, tetapi juga memiliki kepekaan sosial dan etika. Hal ini sejalan dengan arah pengembangan Profil Pelajar Pancasila yang menekankan integrasi antara kompetensi akademik, karakter moral, dan tanggung jawab sosial.

Ia menilai bahwa pembelajaran fisika yang baik bukanlah yang semata-mata mengejar skor ujian atau hafalan konsep, tetapi yang mampu mendorong siswa berpikir kritis, kreatif, dan empatik dalam menghadapi persoalan nyata. Dalam pandangannya, penguasaan sains tanpa sentuhan kemanusiaan hanya akan menghasilkan kecerdasan yang kering dan tak berakar pada nilai. Karena itu, ia menegaskan pentingnya menjadikan pendidikan sebagai ruang untuk menyatukan ilmu pengetahuan dan nurani.

“Pendekatan ini membawa kita pada pembelajaran fisika yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga arif secara kemanusiaan,” tuturnya dalam penutup presentasinya.

Example 300250
Example 120x600

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *