POROSMAJU-JAKARTA, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta masyarakat untuk tetap mewaspadai gempa. Hal tersebut disampaikan Kepala Pusat dan Informasi Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, sebagaimana lansiran Antaranews, Jumat, 22 Desember 2017.
“Gempa memang tidak bisa diprediksi kapan akan terjadi, belum ada teknologi atau orang yang mampu memprediksinya. Pemerintah dan masyarakat harus memperhatikan peta rawan gempa,” ujarnya.
BNPB memprediksi, di tahun 2018 sekitar 500 gempa terjadi setiap bulannya di wilayah Indonesia. Hal ini disebabkan ditemukannya sumber gempa baru berupa sesar aktif sebanyak 214 di tahun 2017.
Saat ini, menurut BNPB, terdapat 37 sesar aktif id Jawa, 48 di Sulawesi, 49 Nusa Tenggara dan Laut Banda, dan paling banyak ditemukan di Papua yaitu sebanyak 79 sesar atau patahan.
“Ada tambahan sesar aktif baru dan kota-kota banyak berkembang di lokasi tersebut, pemerintah harus benar-benar memperhatikan dan mematuhi peta rawan gempa,” ujar Sutopo.
Hal demikian pun terjadi pada tsunami, fenomena alam ini juga tidak bisa diprediksi . Pemicu tsunami yaitu gempa berkekuatan 7 skala richter (SR) ke atas., dengan pusat 20 kilometer dari permukaan, serta berada di jalur subduksi. Jika terjadi hal seperti itu, maka tsunami perlu untuk diwaspadai.
Sutopo mengakui bahwa peraktan BNPB saat masih sangat terbatas. Hal ini yang menyulitkan masyarakat untuk mengantisipasi gempa.
“Peralatan mitigasi dan kemampuan sumber daya manusianya masih rendah untuk atisipasi sunami. Coba, gempa 6,9 SR kemarin saja yang ada di Jakarta saja lari kocar-kacir juga kan,” ungkapnya.
Di Indonesia, Ambon tercatat pernah mengalami gempa dangkal dan Tsunami setinggi 80 hingga 100 meter di tahun 1674, dengan korban jowa mencapai 2243. Kemudian di Ende, Flores Timur, tahun 1992, juga pernah mengalami gempa dangkal 7,8 SR yang memicu tsunami setinggi 36 meter di mana 2600 orang dinyatakan tewas, dan hilang.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana Minta Masyarakat Tetap Waspadai Gempa
Admin2 min read