POROSMAJU.COM, JAKARTA – Terinspirasi dari riset kemampuan Anjing mendeteksi kanker paru-paru, Peneliti Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Achmad Hudoyo, juga berinovasi perihal deteksi kanker paru-paru menggunakan balon karet.
Balon ini akan “memerangkap” embusan napas pasien terduga kanker paru. Balon ini kemudian didinginkan dalam lemari es atau direndam dalam air es agar embusan napas di dalam balon karet mengalami pendinginan.
Tahap berikutnya, napas tersebut disemprotkan ke media kertas saring khusus untuk menyimpan DNA. Media inilah yang akan dikirim ke laboratorium biomolekular untuk pemeriksaan lebih lanjut terkait dengan vonis kanker paru.
Keunggulan metode ini adalah penggunaan balon karet, alat yang sederhana, murah, dan mudah didapatkan. Selain itu, keakuratan metode ini juga di atas 70 persen.
“Tingkat keakuratan metode ini juga di atas 70 persen,” tuturnya.
Saat ditanyai ikhwal isnpirasinya dari anjing, Achmad menjelaskan, anjing pelacak yang sudah terlatih dapat membedakan napas penderita kanker paru dan yang tidak dengan keakuratan mencapai 93 persen.
Atas itu, Achmad berpendapat terdapat distingsi antara napas orang penderita kanker paru dan yang tidak.
“Ini mengindikasikan bahwa ada suatu zat tertentu yang hanya terdapat pada napas para penderita kanker paru,” ujar Achmad dalam presentasi disertasinya, Rabu, 10 Januari 2018, di Auditorium IMERI FKUI, Salemba.
Achmad berharap metode temuannya dapat meningkatkan harapan hidup para penderita kanker paru denagn pendeteksian kanker paru sedini mungkin.
Ia juga menyampaikan niatnya untuk membantu penderita pasien di daerah yang masih sulit akses kesehatannya.
“Saya juga ingin membantu para penderita pasien paru di daerah-daerah yang belum terjangkau pelayanan kesehatan,” tuturnya.