Example 728x250
Berita

Workshop Akreditasi Internasional Fakultas Kedokteran PTMA, Perkuat Standar Mutu hingga Resiliensi

23
×

Workshop Akreditasi Internasional Fakultas Kedokteran PTMA, Perkuat Standar Mutu hingga Resiliensi

Share this article
Example 468x60

Porosmaju.com, Makassar  – Sebanyak 30 peserta dari sembilan Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah (PTMA) yang telah meraih peringkat Unggul, A, maupun Baik Sekali, mengikuti Workshop Akreditasi Internasional LAM-PTKes Program Studi Kedokteran dan Kedokteran Gigi. Kegiatan yang berlangsung dua hari di Hotel Aryaduta Makassar itu resmi ditutup Rektor Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Dr. Ir. H. Abd Rakhim Nanda, Rabu, 20 Agustus 2025.

Dalam sambutannya, Rektor Rakhim Nanda menekankan bahwa workshop ini bukan sekadar agenda seremonial, melainkan momentum penting untuk meningkatkan kapasitas akademik sekaligus daya saing PTMA di kancah global. Ia mengutip Surah Az-Zumar ayat 9 sebagai pengingat bahwa perbedaan utama manusia terletak pada ilmu pengetahuan.

Example 300x600

“Workshop ini harus menjadi pembeda antara sebelum dan sesudah kita ikut serta. Ilmu dan pengalaman yang diperoleh mesti memberi nilai tambah, baik bagi diri kita maupun institusi,” ujarnya.

Rakhim juga menekankan pentingnya menjadikan standar mutu sebagai budaya, bukan hanya kewajiban administratif. Ia mencontohkan pengalaman Unismuh yang berhasil menginternalisasi ISO Certified hingga menjadi kebiasaan dalam tata kelola kampus. “Dengan standar yang mapan, perguruan tinggi Muhammadiyah bisa terus bertahan. Hanya yang mampu beradaptasi yang akan melangkah jauh,” katanya.

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Unismuh Makassar, Prof. Suryani As’ad, melaporkan bahwa workshop yang digelar bersama Asosiasi Pendidikan Kedokteran dan Kesehatan Muhammadiyah (APKKM) ini mendapat apresiasi tinggi dari peserta. Menurutnya, forum ini memberi wawasan mulai dari sosialisasi instrumen akreditasi, sesi interaktif, hingga pembahasan tentang teknologi besar (Big Tech) sebagai bagian dari persiapan menuju akreditasi internasional.

Salah satu pengalaman yang menarik perhatian datang dari Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Mereka membagikan praktik terbaik dalam menghadapi proses akreditasi, termasuk tantangan hingga ada dosen yang memilih mundur karena tidak mampu bertahan dalam persiapan yang panjang. “Justru dari pengalaman itu kita belajar pentingnya resiliensi. Fakultas kedokteran PTMA harus yakin memiliki daya tahan yang kuat,” kata Prof. Suryani.

Workshop ini dipastikan tidak berhenti pada agenda kali ini. Kegiatan lanjutan akan digelar secara terstruktur dengan sinergi lebih kuat, terutama bagi program studi yang sedang menyiapkan diri menuju akreditasi internasional. “Hari ini terasa belum cukup. Karena itu, kita akan lanjutkan agar semua prodi benar-benar siap menghadapi akreditasi internasional,” ujarnya.

Dr. dr. Hj. Ekorini Listjawati, MNR, mengingatkan kembali tiga pilar dakwah Muhammadiyah yang sejak awal menjadi tonggak gerakan, yaitu feeding (menyantuni fakir miskin), schooling (membangun sekolah dan perguruan tinggi), serta healing (mengelola rumah sakit dan klinik). “Tidak ada jaringan lain yang bisa menyaingi Muhammadiyah. Saat ini kita memiliki 128 rumah sakit, 235 klinik, serta lebih dari 170 perguruan tinggi,” ujarnya.

Menurutnya, sinergi antara PTMA dan Rumah Sakit Muhammadiyah–‘Aisyiyah (RSMA) sangat penting untuk mengembangkan pendidikan spesialis kedokteran. Unismuh Makassar, misalnya, kini tengah menyiapkan visitasi program spesialis emergency medic. “Kita tidak boleh berjalan sendiri. Semangat kebersamaan itulah yang membuat Muhammadiyah terus berkemajuan,” katanya.

Perwakilan peserta, Dr. Aryo T. Yosepwono, MNRM Biomed, mengapresiasi forum ini sebagai wadah berbagi pengalaman antar-PTMA. “Alhamdulillah, hasil akreditasi kami sebelumnya baik sekali. Melalui forum ini kami menambah ilmu sekaligus memperkuat persiapan menuju akreditasi internasional,” ujarnya.

Ketua APKKM, Dr. dr. Flora Ramona Sigit Prakoeswa, menegaskan pentingnya peran pimpinan fakultas kedokteran untuk tampil visioner, kritis, dan pantang menyerah. “Never give up, keep going. Kalau mentok cari jalan, kalau mentok lagi cari jalan lagi. Semua harus punya contingency plan,” katanya.

Ia mengingatkan bahwa pencapaian besar, termasuk akreditasi internasional, hanya bisa diraih jika dikerjakan secara terencana (by design), bukan insidental. Flora menekankan, kepemimpinan di PTMA harus menjadi teladan. “Pemimpin sejati harus visioner, punya helicopter view, dan menjadi role model, bukan sekadar memberi perintah,” ujarnya.

Menurutnya, pemimpin PTMA juga perlu berani keluar dari zona nyaman. “Comfort zone itu indah, tapi tidak ada pertumbuhan di sana. Kita harus leveling up, lincah, adaptif, dan siap bertransformasi. Kalau tidak, kita akan tertinggal,” pungkasnya.

Acara penutupan workshop turut dihadiri Wakil Rektor I Prof. Dr. H. Andi Sukri Syamsuri, Wakil Rektor II Dr. Hj. Ihyani Malik, Wakil Rektor IV Dr. Burhanuddin, Ketua BPM Dr. Amrullah Mansida, Ketua Badan Perencanaan Prof. Dr. Nur Salam, Sekretaris Dr. Rahmi, serta sejumlah wakil dekan.

Example 300250
Example 120x600

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *