Example 728x250
Berita

Prof Budu Siapkan Unhas Menuju Sociopreneurship University

71
×

Prof Budu Siapkan Unhas Menuju Sociopreneurship University

Share this article
Example 468x60

Porosmaju.com, Makassar— Nama Prof. dr. Budu, Ph.D., Sp.M(K)., M.MedEd, kembali menjadi sorotan setelah resmi mendaftarkan diri sebagai bakal calon Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas) periode 2026–2030. Budu mendaftarkan, pada Jumat, 22 Agustus 2025 di Ruang Rapat A Lantai 4 Gedung Rektorat Unhas.

Dengan pengalaman lebih dari tiga dekade mengabdi di kampus merah, Budu menegaskan bahwa keputusannya maju kali ini berlandaskan dua alasan penting: rekam jejak panjang di Unhas dan visi strategis yang ia sebut sebagai Sociopreneurship University.

Example 300x600

Alasan pertama, Budu menilai dirinya telah ditempa pengalaman yang lengkap dalam jenjang kepemimpinan akademik di Unhas. Selama hampir 30 tahun, ia mengabdi mulai dari pengelola mahasiswa di departemen, Kepala Departemen, Ketua Medical Education Unit, hingga Wakil Dekan dan Wakil Rektor. Ia juga memimpin Fakultas Kedokteran Unhas saat pandemi COVID-19, masa yang penuh krisis. Kini, sebagai Dekan Sekolah Pascasarjana, Budu menyebut dirinya telah melalui seluruh tahapan kepemimpinan.

“Semua jenjang sudah saya jalani. Itu sebabnya saya merasa pantas dan layak untuk mengemban amanah Rektor,” ujarnya penuh keyakinan .

Alasan kedua adalah visi strategis yang ditawarkannya bagi masa depan Unhas. Budu menyebut dirinya ingin membawa kampus ini menjadi Sociopreneurship University yang berkarakter, berdampak, dan mengglobal. Ia mengaitkan gagasan ini dengan Rencana Pengembangan Unhas 2030 dan agenda nasional Kemendiktisaintek “Kampus Berdampak”.

Menurutnya, universitas harus hadir sebagai agen transformasi sosial. “Universitas harus terasa oleh dosen, karyawan, dan masyarakat. Riset harus berdampak pada persoalan nyata: kesehatan, energi, pangan, dan kemaritiman,” tegasnya.

Riwayat Pendidikan dan Pengabdian

Nama Budu bukanlah nama baru di lingkaran akademik Unhas. Lahir di Maros, Sulawesi Selatan, ia menapaki jalan panjang dunia kedokteran sejak menyelesaikan pendidikan dokter umum di Fakultas Kedokteran Unhas pada 1993. Setelah lulus, ia menjalani masa pengabdian sebagai dokter puskesmas di Kelurahan Pattingalloang, Kecamatan Ujung Tanah, yang areanya meliputi pulau-pulau kecil. Kepekaan sosialnya terasah melalui pengalaman itu.

Tak berselang lama, hasrat Budu pada ilmu kesehatan mata, membawanya jauh ke Jepang, menempuh studi doktoral di Toyama Medical and Pharmaceutical University hingga meraih Ph.D. pada 2002. Sepulangnya ke tanah air, ia membantu Fakultas kedokteran dalam pengembangan kurikulum pembelajaran Student Center Learning (SCL) dan sekaligus mendalami pendidikan spesialis mata di Unhas. Selain itu, ia melengkapi keahlian dengan pelatihan bedah mata di RS Ciptomangungkusumo Jakarta. Tahun 2008, ia resmi menyandang gelar konsultan Mata Khusus Vitreoretina dari Kolegiun Oftalmologi Indonesia.

Kecintaannya pada ilmu tak berhenti di ruang operasi. Ia menambah perspektif dengan menempuh magister bidang Medical Education di Universitas Gadjah Mada. Dari sana ia memahami bahwa pendidikan kedokteran tidak cukup hanya mengajar depan kelas, atau sekadar membentuk keterampilan medis, tetapi juga karakter dan empati calon dokter. Sebuah pandangan yang kelak memengaruhi gagasannya tentang pendidikan tinggi yang berorientasi pada manusia seutuhnya.

Pengalaman Kepemimpinan

Jejak kepemimpinan Budu kian menebal seiring waktu. Selama sekitar 30 tahunan mengabdi di Unhas (sejak 1995), ia terus berkiprah mulai di struktural paling bawah, menjadi Kepada Departemen Pendidikan Kedokteran, Ketua Medical Education Unit (MEU), Wakil Dekan Bidang Akademik Fak Kedokteran Unhas (2010-2014), hingga ia akhirnya dipercaya sebagai Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi, dan Kemitraan Internasional pada 2014–2018. Di masa itu, Unhas memperluas jalinan kerja sama akademik lintas negara. Kemudian ia terpilih sebagai Dekan Fakultas Kedokteran pada 2018–2022, sebelum akhirnya dipercaya menakhodai Sekolah Pascasarjana sejak 2022. Dalam semua posisi itu, Budu tak hanya berurusan dengan administrasi, melainkan ikut mengawal riset, mengelola fakultas, dan membuka jejaring global.

Pandemi COVID-19 bahkan menempatkannya di garda depan. Sebagai Ketua Satgas COVID-19 Unhas, ia memimpin koordinasi akademik dan kesehatan di tengah krisis, sekalipun ia sendiri bersama keluarga saat itu keluar masuk ruang perawatan rumah sakit karena terjangkit Covid-19. Di tingkat provinsi, ia pernah didapuk sebagai Koordinator Bidang Kesehatan Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan Sulsel. Dua peran ini menguji kapasitasnya sebagai pemimpin yang bekerja dengan data, koordinasi lintas sektor, dan kecepatan bertindak.

Aktif Berorganisasi

Kiprah Budu meluas ke ranah organisasi profesi. Saat ia sebagai Dekan Kedokteran Unhas Ia terpilih secara aklamasi untuk menjabat Ketua Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) Pusat periode 2019–2022, forum strategis yang menghimpun fakultas kedokteran se-Indonesia. Saat memimpin lembaga itu. Budu membantu Fakultas Kedokteran dan Kementerian Pendidikan Tinggi (Dikti) dalam menyelesaikan persoalan retaker dan kelulusan ujian nasional.

Pada 2019, Asia-Pacific Academy of Ophthalmology menganugerahinya International Distinguished Service Award, sebuah pengakuan internasional atas dedikasinya pada pengembangan oftalmologi di kawasan Asia-Pasifik. Mungkin karena prestasi itu maka sejak 2022 hingga kini, ia dipercaya untuk memimpin Persatuan Dokter Mata Indonesia (PERDAMI) Indonesia. Karena dedikasinya sebagai Ketua PERDAMI, yang akhirnya memperoleh penghargaan atas dedikasinya melakukan pemberantasan kebutaan di hari Kesetiakawanan Sosial Nasional dan International Disability Day 2022 dari Kementerian Sosial RI.

Kedekatan Budu dengan Muhammadiyah memberi warna lain pada kiprahnya. Ia duduk di Majelis Diktilitbang Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2023–2025, serta menjadi Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel bidang kesehatan dan kebencanaan. Ia juga merupakan Dekan di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar (2008). Dari kanal inilah ia menjembatani kolaborasi antara institusi dari berbagai kawasan nusantara dan perguruan tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah (PTMA) di berbagai daerah, membangun kerja sama dalam riset, layanan kesehatan, dan pengabdian masyarakat. Termasuk membantu pengembangan dam pembukaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan baik PT negeri maupun swasta.

Di tengah kesibukan administratif dan organisasi, Budu tidak meninggalkan tradisi ilmiah. Ia tetap tekun meneliti dan menulis. Puluhan publikasi internasional lahir dari tangannya, membahas penyakit retina, retinopati diabetik, hingga genetika gangguan penglihatan. Semua penelitian itu berangkat dari kepeduliannya terhadap tingginya angka kebutaan di Indonesia. “Ilmu harus memberi manfaat nyata, bukan sekadar angka sitasi,” ujarnya suatu ketika, menegaskan orientasi ilmunya yang tidak berhenti pada laboratorium, melainkan berakar pada realitas sosial.

Sociopreneurship University

Kini, di tengah dinamika menjelang suksesi kepemimpinan kampus, Budu hadir bukan hanya dengan rekam jejak panjang, tetapi juga gagasan segar: menjadikan Unhas sebagai Sociopreneurship University. Bagi Budu, universitas bukan semata ruang belajar atau menara gading, melainkan agen perubahan yang harus berkarakter, berdampak, dan mengglobal. Ia menegaskan pentingnya menjawab tantangan zaman yang ditandai era VUCA—Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity.

Sociopreneurship University, menurutnya, adalah model kampus yang mengintegrasikan pendidikan, riset, dan pengabdian dalam satu tarikan napas, sehingga pengetahuan tidak berhenti di ruang kuliah, melainkan melahirkan solusi untuk masyarakat.

Konsep itu diterjemahkan dalam tiga ruh utama. Pertama, berkarakter, yakni membangun mahasiswa yang tidak hanya unggul dalam ilmu, tetapi juga berintegritas, melek digital, dan peduli sosial. Kedua, berdampak, dengan mengarahkan riset agar menjawab masalah nyata di masyarakat, khususnya di kawasan Benua Maritim Indonesia. Ketiga, mengglobal, dengan membuka jejaring internasional tanpa kehilangan pijakan lokal, sebuah prinsip yang ia sebut sebagai Global Reach with Local Impact.
Visi ini tidak berhenti pada jargon. Budu telah merancang misi kerja yang konkret. Ia ingin memperkuat riset unggulan melalui proyek-proyek strategis di bidang maritim, kesehatan, energi, dan pangan. Hilirisasi riset ia dorong lewat pembentukan Technology Transfer Office dan Science Techno Park, sehingga hasil penelitian tidak berhenti di publikasi, melainkan hadir sebagai inovasi yang bisa dirasakan masyarakat.

Ia juga menekankan pentingnya memperluas kelas internasional, mobilitas mahasiswa, serta kerja sama ganda dengan universitas peringkat dunia. Sementara di sisi tata kelola, ia mendorong digitalisasi layanan, pendanaan kreatif melalui endowment fund, dan penjaminan integritas riset melalui Research Integrity Risk Index.

Bagi Budu, Sociopreneurship University adalah ikhtiar untuk memastikan Unhas tidak sekadar besar dalam ukuran, melainkan juga terasa manfaatnya. “Universitas harus terasa di masyarakat, bukan hanya tercatat di jurnal. Dirasakan kehadirannya juga oleh keluarga besar Unhas. Para dosen dan karyawan juga harus merasakan hasil jerih payah mereka dalam mengabdi di Unhas, kesejahteraannya harus dijaga ` tegasnya yakin. Dengan konsep ini, ia berharap Unhas dapat melahirkan lulusan yang tidak hanya mencari kerja, tetapi menciptakan kerja; tidak hanya mengejar gelar, tetapi membawa perubahan.

Dengan sejumlah catatan itu, Budu menunjukkan bahwa ia tidak hanya membawa rekam jejak panjang, tetapi juga gagasan baru yang relevan dengan tantangan zaman. Kombinasi pengalaman praktis dan visi strategis inilah yang ia yakini menjadi bekal utama untuk memimpin Unhas menuju reputasi global dengan tetap berpijak pada kebutuhan lokal.

Example 300250
Example 120x600

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *