Porosmaju.com, Makassar -Verona Films bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar (FISIP Unismuh Makassar) menggelar Cinema Talks membahas film Riba, unsur psikologi dalam film, serta strategi menciptakan film komersial pada Rabu, 26 November 2025 di Ruang I-GIFT Theater.
Kegiatan ini berlangsung pukul 14.00–15.00 Wita dan menghadirkan Eksekutif Produser Film Riba Bedy Kunady dan Produser Titin Suryani sebagai narasumber utama dan pemain film.
Dalam pembukaan acara, Dekan FISIP Unismuh Makassar, Dr. Andi Luhur Prianto, M.Si menyampaikan apresiasi atas hadirnya tim film Riba. Ia menegaskan bahwa kegiatan ini relevan bagi mahasiswa, khususnya dari Program Studi Ilmu Komunikasi dan Psikologi. “Kegiatan seperti ini bukan hanya hiburan, tetapi juga exercise intelektual bagi mahasiswa,” ujarnya.
Film Riba menjadi sorotan utama diskusi karena mengangkat realitas sosial yang dekat dengan masyarakat, terutama persoalan utang dan tekanan psikologis akibat praktik pinjaman online. Dr. Andi Luhur Prianto, M.Si menilai film tersebut mampu menggambarkan dampak riba terhadap keluarga secara kuat dan manusiawi. Ia menekankan bahwa film dapat menjadi ruang refleksi terhadap kondisi sosial yang kerap diabaikan.
Eksekutif Produser Riba, Bedy Kunady, menjelaskan alasan memilih Makassar dan FISIP Unismuh sebagai lokasi sosialisasi film. Ia mengatakan Unismuh Makassar memiliki reputasi kuat dan respons cepat dalam menyambut kolaborasi. “Dalam satu malam saja FISIP menyiapkan semuanya. Kami sangat bersyukur diterima dengan baik,” kata Bedy Kunady.
Dalam sesi pemaparan, Bedy menerangkan bahwa film Riba digarap secara serius dengan memperhatikan detail cerita dan kualitas akting. Ia berharap film ini tidak hanya dinikmati sebagai hiburan, tetapi mampu memberikan nilai kehidupan bagi penonton. Ia menjelaskan bahwa mahasiswa menjadi kelompok pertama yang ingin mereka edukasi karena dinilai lebih cepat menyebarkan pesan positif.
Menurut Bedy, tekanan psikologis menjadi unsur penting dalam alur film. Ia menggambarkan bagaimana karakter utama menghadapi keputusasaan akibat jeratan utang. Dalam penjelasannya secara tidak langsung, Bedy menyebut bahwa film ini ingin mengingatkan bahwa tekanan hidup sering membuat seseorang memilih jalan keliru jika tidak memiliki pendampingan moral dan sosial.
Produser film, Titin Suryani, memaparkan tantangan utama dalam proses produksi Riba. Ia mengatakan bahwa pemilihan pemeran menjadi pekerjaan paling sulit karena harus menyesuaikan karakter dengan latar kisah nyata. “Casting itu sangat penting. Kami lama menggodok siapa yang paling cocok membawakan peran ini,” ujar Titin Suryani.
Titin juga menjelaskan bahwa karena film ini diangkat dari kejadian nyata, tim produksi harus berhati-hati dalam menyusun adegan dan membangun atmosfer cerita. Ia menambahkan bahwa film tersebut tidak hanya menampilkan unsur horor, tetapi juga dimensi sosial dan psikologis yang menunjukkan bagaimana tekanan ekonomi dapat merusak keharmonisan keluarga.
Secara tidak langsung, Titin menyampaikan bahwa film Riba bertujuan mensosialisasikan bahaya terjerat utang dan praktik riba yang kerap menjerat masyarakat. Ia menuturkan bahwa kisah nyata yang menjadi latar cerita membuat pesan film terasa lebih kuat dan relevan bagi penonton.
Pada akhir sesi, Titin mengumumkan promo buy one get one free untuk penayangan awal pada 29–30 November di bioskop terdekat. Ia mengajak mahasiswa untuk mengikuti informasi melalui akun resmi Instagram film tersebut agar tidak melewatkan kesempatan.
Kegiatan Cinema Talks ini ditutup dengan ajakan FISIP Unismuh Makassar untuk memperkuat kolaborasi lanjutan bersama industri film nasional. Pihak fakultas berharap pertemuan ini dapat membuka jalan bagi mahasiswa untuk mempelajari dunia sinema, memahami psikologi penonton, serta turut menciptakan karya film yang bernilai edukatif sekaligus komersial.
















