POROSMAJU-JAKARTA, Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) tahun 2017 selama tiga hari terakhir menembus angka Rp 4 triliun. Angka ini meningkat 60 kali lipat dari tahun pertama diadakan 2012 silam. Hal ini disampaikan Chief Economist PT CIMB Niaga Tbk. Adrian Panggabean, bahwa pencapaian transaksi Harbolnas di 2017 mencapai Rp 4 triliun.
“Transaksinya terus meningkat mencapai 4 kali dalam 3 tahun, bahkan mencapai 60 kali dalam 5 tahun,” ungkap Adrian dalam tempo.co, Rabu, 13 Desember 2017.
Harbolnas pertama kali digelar di tahun 2012 dengan nilai transaksi sebesar Rp 67,5 miliar. Angka tersebut meningkat menjadi Rp 500 miliar pada tahun 2013. Setelah itu nilai omzet penjualan terus naik menembus level Rp 1 triliun.
Pada tahun 2014, omzet penjualan Harbolnas mencapai Rp 1,1 triliun dan naik hampir dua kali lipat menjadi Rp 2,1 triliun di tahun 2015. Di tahun 2016, nilai transaksi Harbolnas sebesar Rp 3,3 triliun, sementara tahun ini pada program tiga hari Harbolnas mencatat nilai transaksi Rp 4 triliun.
Angka 4 triliun tersebut belum termasuk dalam transaksi yang dilakukan melalui aplikasi WhatsApp, Facebook, Instagram, Blackberry yang tidak dilacak oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan Ditjen Pajak.
Adrian lebih lanjut mengungkapkan bahwa dari hitunganya, omzet dari penjualan berbasis online saat ini sangatlah besar.
“Jika net value added dalam subsektor Wholesale and retail sales dalam PDB sekitar Rp 1.700 triliun, maka omzet penjualan di e-commerce sekarang sekitar 26 persen,” katanya.
Adrian menambahkan, jika PDB sekitar Rp 13.000 triliun, maka omzet penjualan e-commerce berada di sekitar 3,5 persen dari PDB.
Hal ini dikarenakan, beradasarkan hitungan Adrian dengan berkaca pada Harbolnas, maka omzet e-commerce dalam setahun mencapai 450 Triliun.
“Jika omzet dalam 3 hari mencapai Rp 4 triliun, maka dalam 365 hari jumlahnya harus berada di sekitar Rp 450 triliun dari 250 lebih situs dagang online,” ujarnya.
Lebih lanjut, Adrian berpendapat bahwa data yang menunjukkan penurunan daya beli masyarakat beberapa bulan yang lalu sebenarnya masih bisa dipertanyakan. Hal ini dikarenakan ada pergeseran channel pembelian masyarakat ke pembelian online.
“Sayangnya ini tidak tertangkap oleh teknik pengumpulan data BPS yang ada saat ini,” katanya. Sehingga winners dan losers, yang merupakan implikasi dari pergeseran channel distribusi barang, tidak tertangkap dalam data konvensional yang ada dalam Badan Pusat Statistik.
Nilai Transaksi Harbolnas 2017 Tertinggi Sejak Pertamakali Diadakan
Admin2 min read