POROSMAJU.COM– Rumus hidup paling penting adalah keseimbangan. Segala sesuatu harus seimbang, tidak berlebihan. Hal ini juga berlaku pada konsumsi hal-hal baik.
Kita ketahui, berdasarkan riset yang dilakukan, teh dapat menurunkan kolesterol, mendorong penurunan berat badan, dan membantu penanganan kanker, penyakit jantung, hingga diabetes.
Akan tetapi, berdasarkan riset yang dilakukan pada perempuan 47 tahun asal Michigan, Amerika Serikat, konsumsi teh berlebihan dapat menyebabkan gangguan tulang.
“Hasil pemotretan sinar-X mengungkapkan adanya area tulang yang amat padat pada tulang belakang dan klasifikasi pada ligamen tangannya,” kata Sudhaker D. Rao, dokter spesialis endokrinologi dan tulang serta metabolisme mineral di Henry Ford Hospital, yang meneliti kasus itu, seperti dilansir laman Live Science.
Para peneliti menduga perempuan itu mengidap skeletal fluorosis, sejenis penyakit tulang yang disebabkan oleh mengkonsumsi terlalu banyak fluoride, mineral yang ditemukan dalam teh maupun air minum.
Hal ini didukung dengan temuan bahwa kadar fluoride dalam darah pasien tersebut memang empat kali lebih tinggi daripada angka normal.
Fluoride dikenal sebagai zat yang terkjandung dalam pasta gigi. Ini untuk memperkuat gigi. Fluoride juga terdapat dalam air. Daerah di India, Tiongkok, dan beberapa daerah di Asia dikenal memiliki kadar fluoride yang tinggi dalam airnya.
Tempo.co melaporkan, kasus skeletal fluorosis karena mengkonsumsi teh juga pernah terjadi di Amerika Serikat. Pada kasus ini, si pasien minum 3,8 liter teh setiap hari.
Setelah konsumsi teh dihentikan, deposit fluoride perlahan menghilang dan tulangnya membaik kembali.
Konsumsi Teh Berlebihan Juga Sebabkan Kanker Prostat
Peneliti dari University of Glasgow menemukan pria yang minum tujuh cangkir teh atau lebih berisiko 50 persen lebih tinggi terkena penyakit, dibanding yang meminum hanya tiga cangkir atau kurang.
Tempo.co menyebut, peringatan ini dilakukan setelah para peneliti melakukan penelusuran pada lebih dari enam ribu pria selama empat dekade.
Studi terbaru yang dipimpin Kashif Shafique dan dimulai sejak 1970 ini melibatkan partisipan berusia antara 21-71 tahun.
Mereka diberikan pertanyaan tentang kebiasaan konsumsi teh, kopi, dan alkohol sebagaimana kebiasaan merokok dan kesehatan umum mereka.
“Kebanyakan riset sebelumnya telah menunjukan tidak ada hubungan kanker prostat untuk teh hitam, atau efek preventif dari teh hijau,” kata Shafique dalam jurnal Nutrition and Cancer.
Shafique melanjutkan, pihaknya tidak tahu apakah teh itu sendiri adalah faktor risiko ataukah peminum teh umumnya lebih sehat dan hidup sampai usia tua ketika kanker prostat terjadi.
Shafique mengatakan orang yang minum banyak teh cenderung lebih kurang mengalami berat badan berlebih. Sedangkan minum alkohol lebih cenderung mempunyai kadar kolesterol yang lebih tinggi.
“Meskipun demikian, kami melakukan penyesuaian untuk perbedaan-perbedaan tersebut dalam analisis kami dan masih menemukan bahwa pria yang minum banyak teh berada pada risiko terbesar terkena kanker prostat,” katanya.
Shafique menekankan bahwa timnya tidak memperhatikan kemungkinan adanya partisipan yang minum teh hitam yang mungkin bertanggung jawab terhadap aktivitas karsiogenik pada sel-sel prostat.
Penelian tentang teh sebelumnya yang dilakukan peneliti lain menemukan manfaat kesehatan dari flavonoid. Ini adalah zat antioksidan yang ditemukan dalam teh yang diangap sebagai pengontrol inflamasi pada sel, menguranggi pembekuan darah dan membatasi penyempitan arteri.