POROSMAJU.COM, MAKASSAR– Wakil Wali Kota Makassar, Syamsu Rizal, telah menyatakan diri mundur sebagai kader Partai Demokrat. Hal tersebut telah dibenarkan oleh Partai Demokrat (PD).
Pengamat Politik Andi Luhur Priyanto menilai, salah satu penyebab mundurnya politisi yang biasa dipanggil Deng Ical ini karena partai berlambang mercy ini tidak lagi mengakomodasi idealisme atau pun gagasan dari Daeng Ical.
“Biasanya orang berpartai karena ada idealisme yang ingin disalurkan. Ketika ruang akomodasi idealisme itu sudah tidak lagi tersalurkan, maka jalan mundur adalah keniscayaan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Luhur menilai bahwa sikap yang diambil Deng Ical merupakan sebuah konsekuensi dari seorang politisi. Hal ini sebagai sebuah penegasan usaha yang selama ini diperjuangkannya.
“Mundur menjadi konsekuensi logis dan sikap gentlemen dari sikap yang di perjuangkan. Ketika ruang kompromi tidak lagi tersedia dan prinsip the winner takes all jadi nilai utama,” ungkap Luhur lebih lanjut.
Deng Ical memang berhasrat untuk maju di Pilwali. Hanya saja, tidak didukung partai menjadi penyebab ia gagal maju di Pilwali. Bahkan, Partai Demokrat saat ini bergerak memenangkan Danny Pomanto (DP) yang merupakan lawan politik Deng Ical.
“Pilihan mundur Deng Ical sepertinya akan mengurangi tensi rivalitas internal di Demokrat. Deng Ical adalah patron beberapa tokoh politik di struktur Demokrat, yang menjadi pelanjut sah pengaruh IAS. Sepertinya langkah Deng Ical akan di ikuti beberapa kader,” ujar Luhur.
Mundurnya Deng Ical sebenarya dapat dianggap sebagai wujud tidak utuhnya Demokrat mendukung Danny Pomanto di Pilwali ini.
Menurut Luhur, selain mengurangi kekuatan Demokrat di Pilwali, hal tersebut juga akan sangat berbahaya terhadap keberlansungan “hidup” Partai Demokrat Makassar. Jika Danny tidak mampu memenabgkan Pilwalkot, hal tersebut menjadi preseden buruk bagi Partai Demokrat.
“Tindakan pengunduran diri ini menjadi signal berbahaya bagi masa depan Demokrat Makassar, terutama jika tidak mampu memenangkan incumbent,” ujarnya lebih lanjut.
Selain persoalan partai, posisi Deng Ical juga sangat erat dengan Appi-Cicu. Hal ini memungkinkan Deng Ical menyatukan dukungan melawan incumbent.
“Deng Ical dan Cicu memang berasal dari basis dukungan yang sama. Tidak sulit bagi mereka menyatukan kekuatan melawan incumbent,” kata Luhur.
Selain konstituen, Deng Ical nantinya akan menjadi Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Makassar yang merupakan posisi strategis untuk mengontrol pergerakan dukungan di tataran berokrasi dan RT/RW. Sebelumnya, Deng Ical memang mengaku akan menjaga netralitas ASN.
“Daeng Ical akan menjadi Plt. Wali Kota setelah DP resmi ditetapkan sebagai calon wali kota. Posisinya sangat strategis untuk memantau pergerakan dukungan di birokrasi dan jejaring RT/RW,” tutupnya.