POROSMAJU.COM, JAKARTA- Melalui sebuah rilis, Minggu 11 Maret 2018, Presidium Majelis Nasional KAHMI 2017-2022 menyuarakan sikap indepedennya dengan Prof. Dr. R. Siti Zuhro, MA selaku Koordinator Presidium, serta Manimbang Kahariady selaku Sekretaris Jenderal.
“Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) adalah organisasi kekeluargaan atau wadah paguyuban alumni HMI, para cendekia yang bersifat independen,” demikian ungkap Zuhro dalam rilis Majelis Nasional KAHMI, Jakarta 11 Maret 2018.
Dikatakan bahwa KAHMI ada karena adanya HMI. Oleh karena itu, sebagai organisasi kekeluargaan, penting bagi KAHMI untuk saling memperkuat ukhuwah Islamiyah, senantiasa menjaga tali silaturahmi.
Anggota KAHMI yang tersebar di seluruh Indonesia ibarat pelangi yang membentang dari Sabang sampai Merauke, warna warni bidang keahlian, profesi, dan afiliasi politik serta organisasinya.
“Kekuatan yang mengikat alumni HMI adalah kesamaan nilai Islam sebagai pedoman hidup,” tambahnya.
Melalui tulisan tersebut, KAHMI juga menyampaikan independensi yang membuatnya tidak memihak salah satu partai, organisasi keagamaan, atau organisasi lain manapun. KAHMI tidak berpolitik praktis. Meskipun demikian, disampaikannya pula bahwa tidak berarti mereka buta politik.
Sebagai warga negara dan insan cendekia, KAHMI memiliki kewajiban untuk turut membangun bangsa dan negara.
“KAHMI berkewajiban untuk menjaga dan merawat NKRI. Sebagai Muslim, KAHMI berkewajiban menegakkan amal makruf nahi munkar, termasuk dalam politik. Tetapi, politik KAHMI bukan politik praktis, melainkan politik moral yang menekankan pada nilai,” terangnya.
Saat ini bangsa Indonesia sedang menghadapi ancaman “keterbelahan”. Berbagai macam ujaran kebencian, berita hoax dan informasi yang mengandung unsur SARA yang dijumpai di media sosial, khususnya, cukup mengkhawatirkan kelangsungan hidup bangsa dan NKRI di tengah berbagai persoalan pembangunan. Lebih-lebih di tahun-tahun politik saat ini.
Menanggapi hal tersebut, melalui rilis yang bertajuk “KAHMI untuk NKRI”, dirasa perlu mengambil peran untuk turut membantu bangsa dan negara mencari akar persoalan dan memberikan solusi konkritnya: apakah bangsa Indonesia sudah berubah menjadi bangsa yang intoleran, yang tak lagi menghargai sopan santun dan nilai-nilai agama?
Atau apakah fenomena ini merupakan letupan sublimasi dari kesenjangan sosial ekonomi yang dirasakan makin tinggi atau karena faktor lain? Lalu apa solusinya?
Untuk menjawab persoalan tersebut, dikatakan bahwa penting bagi KAHMI untuk pertama-tama melakukan penguatan soliditas internal dengan membangun konsolidasi dan kesepahaman.
“Dengan soliditas yang kokoh dan kesepahaman tujuan yang didasarkan atas nilai-nilai Islam serta 5 insan cita HMI (kualitas insan akademis, pencipta, pengabdi, bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT), diharapkan terjalin sinergi yang kuat untuk turut melakukan perbaikan atas persoalan yang dihadapi bangsa dan negara,” urainya.
Sebagai organisasi alumni HMI, KAHMI memiliki tanggung jawab untuk turut melakukan pembinaan pada HMI. Karena kesinambungan dan masa depan KAHMI tergantung pada HMI. Sejalan dengan itu, mereka menyampaikan harapannya.
“Sebagai generasi penerus KAHMI, HMI perlu mendapat pembinaan, baik menyangkut organisasi, intelektualitas, maupun bidang akademis. Tetapi, hal tersebut tidak dimaksudkan untuk membuatnya menjadi organisasi yang dependen, melainkan untuk membantu mengarahkannya menjadi organisasi yang independen karena mereka adalah intelektual muda yang cerdas, penuh improvisasi dan inovasi. Semoga langkah KAHMI diridhoi Allah SWT. Aamiin,” tutupnya.