POROSMAJU.COM, Stephen William Hawking, CH, CBE, FRS, FRSA atau lebih akrab dengan nama Stephen Hawking, lahir di Oxford, Britania Raya, 8 Januari 1942. Ayahnya adalah seorang biolog yang saat itu mengepalai divisi parasitologi di National Institute for Medical Research bernama Frank Hawking, dan ibunya bernama Isobel Hawking.
Bersama orang tua, dua saudara kandung, yaitu Philippa dan Mary, dan saudara adopsi, Edward. Mereka tinggal di North London dan pindah ke Oxford ketika ibu Hawking sedang mengandung dirinya untuk mencari tempat yang lebih aman karena London saat itu berada dibawah serangan Luftwaffe Jerman.
Sejak usia sebelas tahun, Hawking bersekolah di St Albans School. Ia selalu tertarik pada ilmu pengetahuan dan terinspirasi dari guru matematikanya yang bernama Dikran Tahta untuk mempelajari matematika di universitas.
Ayahnya ingin agar Hawking masuk ke University College, Oxford, tempat ayahnya dulu bersekolah. Hawking lalu mempelajari ilmu pengetahuan alam. Ia mendapat beasiswa, dan lalu berspesialisasi dalam fisika.
Hawking menikah dengan Jane Wilde, seorang murid bahasa, pada tahun 1965. Jane Hawking mengurusnya hingga perceraian mereka pada tahun 1991. Mereka bercerai karena tekanan ketenaran dan meningkatnya kecacatan Hawking.
Mereka telah dikaruniai tiga anak: Robert (lahir 1967), Lucy (lahir 1969), dan Timothy (lahir 1979). Hawking lalu menikahi perawatnya, Elaine Mason (sebelumnya menikah dengan David Mason, perancang komputer bicara Hawking), pada tahun 1995. Pada Oktober 2006, Hawking meminta bercerai dari istri keduanya.
Hawking adalah seorang profesor Lucasian dalam bidang matematika di Universitas Cambridge dan anggota dari Gonville and Caius College, Cambridge. Ia juga dikenal akan sumbangannya di bidang fisika kuantum, terutama karena teori-teorinya mengenai teori kosmologi, gravitasi kuantum, lubang hitam, dan radiasi Hawking.
Salah satu tulisannya adalah A Brief History of Time, yang tercantum dalam daftar bestseller di Sunday Times London selama 237 minggu berturut-turut. Pada tahun 2010 Hawking bersama Leonard Mladinow menyusun buku The Grand Design.
Setelah menerima gelar B.A. di Oxford pada 1962, ia tetap tinggal untuk mempelajari astronomi. Ia memilih pergi ketika mengetahui bahwa mempelajari bintik matahari tidak sesuai untuknya dan Hawking lebih tertarik pada teori daripada observasi. Hawking lalu masuk ke Trinity Hall, Cambridge. Ia mempelajari astronomi teoretis dan kosmologi.
Segera setelah tiba di Cambridge, gejala sklerosis lateral amiotrofik (ALS) yang akan membuatnya kehilangan hampir seluruh kendali neuromuskularnya mulai muncul. Pada tahun 1974, ia tidak mampu makan atau bangun tidur sendiri.
Pada tahun 1985, ia terkena penyakit pneumonia dan harus dilakukan trakeostomi sehingga ia tidak dapat berbicara sama sekali.
Meskipun mengalami tetraplegia (kelumpuhan) karena sklerosis lateral amiotrofik, karier ilmiahnya terus berlanjut selama lebih dari empat puluh tahun. Buku-buku dan penampilan publiknya menjadikan ia sebagai seorang selebritis akademik dan teoretikus fisika yang termasyhur di dunia.
Seorang ilmuwan Cambridge membuat alat yang memperbolehkan Hawking menulis apa yang ingin ia katakan pada sebuah komputer, lalu akan dilafalkan melalui sebuah voice synthesizer’.
Pandangannya tentang filsafat dan sain pernah dikemukakannya dalam Google’s Zeitgeist Conference tahun 2011, Hawking mengatakan bahwa “filsafat sudah mati”. Ia percaya bahwa para filsuf belum sanggup mengejar perkembangan sains modern dan para ilmuwan menjadi sosok terdepan dalam estafet pencarian pengetahuan manusia. Ia mengatakan bahwa masalah filsafat dapat dijawab oleh sains.
Hawking menyatakan bahwa ia “tidak taat beragama seperti orang-orang pada umumnya” dan ia percaya bahwa “alam semesta diatur oleh hukum ilmu pengetahuan”.
Pada September 2014, ia hadir di Starmus Festival sebagai pembicara dan mengumumkan bahwa dirinya adalah seorang ateis. Dalam wawancara dengan El Mundo, ia berkomentar:
Sebelum kita paham ilmu pengetahuan, wajar saja kita percaya bahwa Tuhan menciptakan alam semesta. Namun, sains kini memiliki penjelasan yang lebih meyakinkan. Ketika saya mengatakan ‘kita akan mengetahui isi pikiran Tuhan’, maksud saya adalah kita akan tahu semua hal yang diketahui Tuhan, itu pun seandainya ada Tuhan, dan memang tidak ada. Saya seorang ateis.
Ketika ditanyakan mengenai IQnya pada tahun 2004, Hawking menjawab,
“Saya tidak tahu. Orang yang membanggakan IQnya adalah seorang pecundang.”
Tepat hari ini, 14 Maret 2018, usia pencetus teori Black Hole itu berhenti di angka 76 tahun. Keluarga Hawking tidak mengungkapkan penyebab kematiannya, mereka menyatakan bahwa dia “meninggal dengan damai”.
Stephen Hawking: Orang yang Membanggakan IQ-nya adalah Seorang Pecundang
Admin4 min read
