POROSMAJU.COM, JAKARTA – Terkait maraknya isu perihal masuknya ia dalam daftar calon wakil presiden (cawapres), Mahfud MD mengaku belum ada pembicaraan formal dengan partai pengusung Joko Widodo atau Prabowo Subianto.
Mahfud membeberkan, dirinya seringkali bergurau kepada para petinggi parpol saat berbincang-bincang santai perihal cawapres ini.
“Itu hanya bergurau saja, saling melempar bola. Misalnya, ada partai lain. ‘Nanti kami usung, ya’ lalu kemudian (saya jawab) ‘Kamu ngusul saya, kamu minta apa?’. Kan itu namanya bergurau aja,” ungkap Mahfud, Jumat, 16 Marer 2018.
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) ini mengaku menyerahkan sepenuhnya proses penunjukan calon wakil presiden kepada partai-partai yang telah memasukan namanya ke dalam daftar.
“Ya, itu kan wewenang partai, karena yang mengusulkan nantikan partai-partai bersama calon presiden. Oleh sebab itu, kalau saya tidak bisa, tidak mau mengatakan bersedia atau tidak, tetapi pada dasarnya berkali-kali sudah saya katakan, saya tidak ingin aktif menanggpi itu,” kata Mahfud.
Lanjut dia, menjadi cawapres membutuhkan popularitas, elektabilitas dan logistik yang cukup. Sementara itu, ia mengaku tidak memiliki logistik yang banyak sebagai kandidat cawapres.
“Begini lho, kalau saya gini, yang menjadi calon presiden atau cawapres itu kan biasa ada popularitas, kemudian akseptabilitas diterima oleh semua kalangan, lalu elektabilitas tingkat keterpilihan, Ada lagi satu yang sering menjadi guyonan itu, ‘isi tas’ itu, nah saya enggak punya ‘isi tas’ (uang),” ungkapnya.
Mahfud menegaskan posisi wakil presiden mengemban tanggung jawab yang berat untuk membantu tugas Presiden. Karena itu begitu terpilih, harus segera bekerja keras.
“Tetapi, ya parpol yang melihat Indonesia yang sekarang ini carut marut ya, siapapun yang terpilih nanti akan kerja keras, bukan menduduki jabatan dengan nikmat tapi harus kerja keras,” tutup dia.