POROSMAJU.COM, JAKARTA- Saat ditanyai perihal kemungkinan kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed), Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo menyatakan, pihaknya terus memantau kebijakan The Fed.
Dody menuturkan, bank sentral masih memprediksi The Fed akan 3 kali menaikkan FFR pada tahun ini. Akan tetapi, konsensus pasar adalah The Fed menaikkan FFR sebanyak 4 kali pada tahun ini.
“Ini menjadi risiko yang harus kita lihat,” kata Dody usai menjalani uji kepatutan dan kelayakan calon Deputi Gubernur BI di Gedung DPR MPR RI, Selasa 27 Maret 2018.
Dody menyebut arah kebijakan BI tetap netral terkait kebijakan The Fed. Dody juga menyatakan bahwa tidak ada ruang bagi BI untuk menurunkan suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate.
Dody mengungkapkan, pasar sudah menghitung kemungkinan penyesuaian dengan kenaikan FFR. Karena itu, ia berpendapat, seharusnya kenaikan FFR tidak menimbulkan gejolak.
Adapun terkait dampak kenaikan FFR terhadap cadangan devisa, Dody menyebut bank sentral masih memiliki keyakinan mengenai stabilnya cadangan devisa. Sebab, saat ini cadangan devisa masih setara dengan 8,3 hingga 8,6 bulan impor, jauh di atas ketentuan internasional.
“Kebutuhannya cuma 3 bulan, room-nya masih besar. Nanti kalau pemerintah menerbitkan global bonds valas masuk lagi. Kalau misalnya devisa migas naik karena harga masih tinggi, itu juga devisa bisa naik,” ujar Dody.