POROSMAJU-MAKASSAR, Di tengah berbagai inovasi kebijakan pemerintah kota Makassar dalam pengelolaan sampah, tetap saja ada orang-orang yang merasakan hal buruknya. Hal ini diakui Dian Budiana, seorang tukang sampah yang dalam kesehariannya mengumpulkan barang-barang bekas yang bisa dijual kembali.
“Susah sekarang, saya cuman cari-cari di jalan, sekarang banyak kaisar sampah. Dulu orang kasi-kasi (sampah), sekarang tidak ada,” ujarnya.
Dian Budiana mengakui bahwa, kebijakan pemerintah kota Makassar menangani sampah dengan merekrut ratusan pekerja serta memberikan fasiltas berupa mobil dan motor berefek buruk bagi mereka. Bagi pemulung biasa sepertian Dian, mereka kesulitan mendapatkan barang bekas karena sampah-sampah perumahan kini jadi bagian “kaisar sampah”.
“Semua diambil tukang sampah, kaisar sampah. Habis, tidak kayak dulu. Makanya kasihan tukang-tukang beca, tukang sampah, nganggur karena sampah sekarang diambil pemerintah,” ujarnya saat ditemu pada Sabtu, 2 Desember 2017.
“Kaisar sampah” adalah mereka yang memiliki yang bekerja di bawah pengawasan Dinas Kebersihan dan Lingkungan pemerintah Kota Makassar. Mereka dibekali motor sampah yang biasa mansyarakat sebut sebagai “motor kaisar”.
Kaisar sampah inilah yang mengangkuti sampah-sampah masyarakat dari berbagai wilayah kemudian dibawa ke penampungan. Tetapi sebelum diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), terlebih dahulu mereka memilah sampah yang bisa dijual kembali atau ditabung di bank sampah.
Kehadiran “kaisara sampah” ini menyulitkan pemulung biasa dalam mendongkrak pendapatan sehar-sehari mereka. Hal ini diakui juga oleh pak Mono, salah satu pembeli sampah barang bekas yang bisa digunakan kembali.
“Kalau yang itu (pemulung) kalau ada barangnya pasti dijual kesini. Kalau tidak ada, yah mereka hanya lewat saja,” ujarnya, Sabtu 2 Desember 2017 di Jl. Abdul Kadir, Kota Makassar.
Lebih lanjut iya mengatakan bahwa sampah yang banyak ada di tempat penampungan sampah yang dikelolah pemerintah. Orang-orang yang bekerja sebagai “kaisar sampah” itulah yang menguasai semua.
“Di sana mas, yang banyak disana. Lancar semua disana. Banyak kaisar, tetapi jarang kesini. Saya dulu tidak punya yang begitu (kendaraan sampah kaisar), hanya pemulung, anak-anak, pemulung saja yang kesini. Jadi kaisar tidak kesini, di sana ada langganan tertentu,” ujar lelaki paru baya yang mengaku sudah sepuluh tahun menggeluti pekerjaanya itu.
Sehari, ia hanya mambeli sekitar 100 kg sampah barang bekas dari pemulung. Satu kilo dihargai Rp 1700.
Dari pekerja kebersihan yang disebutkan sebagai “kaisar sampah” sendiri mengaku bahwa selain mengangkut sampah-sampah dari masyarakat, mereka juga memilah sampah yang bisa dijual kembali.
“Saya bawah itu motor (motor kaisar). Iya, biasaji, disiji dipisah,” ujar Awal sambil menunjuk tempat penampungan sampah di ujung Jl. Abdul Kadir.
Selian mendapatkan gaji dari Pemkot, mereka (kaisar sampah) juga mendapatkan tambahan penghasilan dari pemilahan sampah yang bisa dikelola kembali seperti, botol dan gelas minuman.
Hanya saja, mereka juga mengeluhkan tentang seringnya keterlambatan gaji dari Pemkot Makassar.
“Iya, gajiku satu tujuh (Rp 1.700.000), tetapi belumpi ini keluar gaji bulan sebelas. Biasanya tanggal 25, tetapi sampai sekarang belumpi keluar. Nabilang tanggal lima pi bede,” ujar Awal yang juga disepakati Pak Rijal yang bertanggungjawab sebagai penjaga bak truk di penampungan sampah.
Ternyata, Karena "Sang Kaisar", Ada Nestapa Di Balik Sampah
Read Also
POROSMAJU.COM, Sebuah nama kembali muncul ke permukaan. Rocky Gerung,…
POROSMAJU.COM- Jika kita menelusuri jalan provinsi, 7 kilometer arah…