POROSMAJU.COM-MAKASSAR, Sudah jadi kebiasaan umum jika di setiap pemilihan kepala daerah dan pemilihan-pemilihan apapun selalu bermunculan jargon-jargon. Mulai dari jargon yang menarik, hingga jargon yang sebenarnya klise dan sudah umum digunakan.
Kita masih ingat bagaimana kecerdasan Yusuf Kalla (JK) dengan jargon “Lebih Cepat Lebih Baik” dalam Pilpres 2009 yang seolah meruntukkan tesis “biar lambat asal selamat”. Meski kalah, akan tetapi jargon tersebut bahkan bertahan lama dan sering digunakan dalam kehidupan sehar-hari.
Kini, di Pilgub Sulsel, lahir pertarungan Jargon yang tak kalah sengitnya dengan pilkada-pilkada di daerah lain. Sebut saja ada jargon “Prof.Andalan”, “Sulsel Bagus”, “Punggawa Macakka” dan tentu saja pasangan Nurdin Halid-Andi Qahhar Mudzakkar (NH-Aziz) yang juga tampil dengan berbagai macam slogan dan jargon.
NH-Aziz memperkenalkan istilah “Nasionalis-Religus”, kemudian ada “Sulsel Baru”, dan yang paling tenar dan menjadi ikon dari NH-Aziz adalah “Sama-samaki Bangun Kampung”.
Jargon atapun slogan tentu saja tidak lahir dari sebuah kekosongan tanda. Hal itu tersebut merupakan pertarungan simbol untuk merepresentasikan diri dalam merebut simpati. Sebut saja, “Nasionalis-Religius” merupakan penghubung dua tokoh yiatu NH dan Aziz.
NH diketahui sebagai seorang politisi yang telah melanglang buana di Indonesia. Mulai dari karir sebagai menejer PSM, ketua PSSI dan tentu saja ketua Koperasi. Hal ini menunjukkan bahwa NH adalah seorang tokoh dengan jiwa nasionalis.
Sedangkan Aziz sebagai seorang yang terus berkarir di senayan, tetap dianggap sebagai seorang pemuka agama. Bahkan dalam beberapa kesempatan, NH menyebut Aziz dengan sebutan Uztasd Aziz.
Hal ini tentunya sangat tepat jika menyebut diri mereka sebagai pasangan “nasionlis-religius”.
Selanjutnya adalah adalah slogan “sama-samaki bangun kampung” merupakan sebuah tindakan yang merefleksikan pembangunan dari desa. Hal ini juga seolah menjadi pembuktian NH-Aziz yang selama ini berkarir di level Nasional kemudian rela kembali untuk berkarier di tingkat provinsi.Representasinya tentu saja adalah sebagai putra daerah maka wajib kembali membangun daerah.
Selain itu hal slogan ini juga menjadi sebuah usaha untuk menata Sulsel untuk membuat pemerataan pembangunan dapat terjadi di Sulsel. Hal ini mengingat banyaknya kritikan terhadap pertumbuhan perekonomian Sulsel yang tinggi tetapi lebih terpusat di kota besar.
Salah satu hal menarik bahwa slogan “sama-samaki bangun kampung” menjadi sebuah slogan yang popular dengan mengandalkan kesederhanaan. Kesan yang muncul saat diucapkan adalah kesederhaan dan kedekatan terhadap diri sendiri.
Slogan
Selanjutnya adalah “Sulsel Baru”, jargon ini lebih kepada harapan NH-Aziz untuk mampu merebutan “kekuasaan” dan menjadi sebuah poros baru dalam pemerintahan Sulsel.
Pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur Sahrul Yasin Limpo-Agus Arifin Nu’mang merupakan pasangan yang sudah dua periode menjadi pemimpin di Sulsel. Seperti yang diketahui bahwa Agus saat ini juga maju dalam bursa pilgub Sulsel, sedangkan dari “garis” Sahrul ada adik kandungnya, Ichsan Yasin Limpo yang turut hadir di pertarungan pilgub Sulsel.
Jika Agus ataupun Ichsan yang keluar sebagai pemenang, maka reprsentasi “Sulsel Baru” berdasarkan jargon NH-Aziz tidak terwujud. Sulsel Baru artinya membutuhkan pemimpin yang benar-benar baru. Hal itulah yang kemudian coba dihegemoni melalui jargon “Sulsel Baru”.
Menafsirkan Jargon Milik “NH-Aziz” di Pilgub Sulsel
Read Also
POROSMAJU.COM, Sebuah nama kembali muncul ke permukaan. Rocky Gerung,…
POROSMAJU.COM- Jika kita menelusuri jalan provinsi, 7 kilometer arah…