POROSMAJU.COM, MAKASSAR, Baru mulai, kontestasi pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sulsel sudah mulai menyasar calon dengan berbagai kritikan. Semua yang sifatnya insidentil menjadi bahan untuk mengkritik suatu figur.
Senin, 12 Februari 2018, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sulsel menetapkan empat pasang calon secara resmi untuk bertarung di Pilgub Sulsel. Sehari setelah itu, dilakukan pencabutan nomor urut oleh semua calon.
Sebuah hal insidentil terekam kamera. Sosok Nurdin Abdullah (NA), salah satu Calon Gubernur Sulsel, “di-framing” enggan berjabat tangan dengan lawan politiknya.
Saat tiba giliran mengambil nomor undian, NA menyalami kandidat Nurdin Halid, Aziz Qahar Mudzakkar dan wakilnya, Andi Amran Sulaiman. NA kemudian sedikit bergerak ke belakang bersalaman dengan komisioner KPU yang berada di belakang pasangan Icsan Yasin Limpo-Andi Muzakkar dan Tanribali Lamo yang sedang berbicara dengan salah satu komisioner.
Atas peristiwa tersebut, NA dikritik dianggap tidak demokratis. Ini karena, katanya, NA menolak bersalaman dengan beberapa lawan politiknya.
NA tidak tinggal diam, menurut NA saat momen tersebut, itu hanya potongan video, sebenarnya mereka cukup mesra di atas panggung.
“Saya rasa biasa saja. Semua kami salami. Cuman videonya sengaja dipotong-potong”, ujar Nurdin Abdullah kepada media.
NA kemudian memperlihatkan beberapa foto yang menunjukkan bahwa dirinya bersalaman dengan semua kandidat. Hal ini untuk membantahkan argumen publik yang menganggap NA tidak santun terhadap rival politiknya.
Serangan kedua terjadi tidak lama setelah insiden jabat tangan tersebut. Ini terjadi di sebuah kegiatan dialog yang dilaksanakan Literatur Institute yang bekerjasama dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga di Sahabat Cafe, Jalan Skarda Makassar.
Dialog tersebut menghadirkan Aziz Qahhar Mudzakkar sebagai pembicara. Dialog yang dihadiri beberapa simpastisan Aziz Qahhar Mudzakkar mendapatkan “gruduk” dari seorang sepasang suami istri yang diduga merupakan simpatisan Nurdin Abdullah-Andi Sudirman Sulaiman.
Memang, tepat di sebelah cafe tersebut, terdapat Posko Induk Nurdin Abdulllah Community. Perempuan tersebut mengancam membubarkan acara dialog tersebut karena dianggap bernuansa politik.
Mereka meminta simpatisan yang mengenakan baju NH-Aziz agar mencobot baju yang dianggap tidak sesuai dengan nuansa dialog tersebut. Peristiwa tersebut lagi-lagi diarahkan kembali ke Nurdin Abdullah yang dianggap tidak demokratis.
Juru bicara NH-Aziz yang juga Politisi Golkar, M Risman Pasigai, dalam postingannya di facebook menyebutkan aksi serangan kepada Sang Cawagub adalah aksi biadab.
“Penyerangan Ustas Aziz Calon Wakil Gubernur dari Partai Golkar oleh Pendukung Nurdin Abdullah pada saat menjadi narasumber di warkop adalah perbuatan biadab, anti demokrasi, tidak bermoral,” tulis Rahman, Rabu, 14 Februari 2018.
Dua serangan tersebut, menunjukkan, baru mulai, Pilgub Sulsel sudah memanas. Menarik untuk menunggu kampanye terbuka yang sebenarnya baru dimulai pada tanggal 15 Februari 2018.
Akankah demokrasi Sulsel berjalan dengan baik ataukah terjadi hal-hal yang tidak diinginkan mengingat Sulsel saat berada di zona merah Pilkada?
Baru Mulai, NA Sudah Dapat Dua “Serangan” Mendadak
Read Also
POROSMAJU.COM, Sebuah nama kembali muncul ke permukaan. Rocky Gerung,…
POROSMAJU.COM- Jika kita menelusuri jalan provinsi, 7 kilometer arah…