Opini-Porosmaju.com – Kita pasti meyadari betul, bahwa sekarang ini ikut menjadi saksi kalau di jalan raya bayak motor dan mobil yang menyalip satu sama lain . Mengapa ? Karena dulu sejak kecil di rumah dan di sekolah, mereka dididik untuk menjadi lebih cepat, bukan menjadi lebih sabar. Mereka di didik untuk menjadi terdepan, bukan untuk menjadi tersopan.
Dijalanan pengendara lebih suka menambah kecepatannya sambil membentak saat ada orang yang ingin menyebrang jalan, bukannya mengurangi kecepatan sambil mempersilahkan. Mengapa ? Karena dulu sejak kecil di rumah dan di sekolah, mereka diburu dengan waktu. Mereka dibentak di hardik untuk bergerak lebih cepat dan gesit. Mereka bukan dilatih untuk mengatur waktu dengan sebaik-baiknya dan dilatih lebih peduli antar sesama.
Hampir setiap instansi pemerintah dan swasta banyak para petinggi ataupun pekerja yang korupsi. Mengapa ? Karena sejak kecil di rumah dan di sekolah, mereka dididik untuk berpenghasilan tinggi dan hidup dengan kemewahan mulai dari pakaian hingga perlengkapan lainnya. Mereka bukan diajari untuk ikhlas dan bangga akan kesederhanaan.
Hampir di setiap instansi-instansi sipil sampai ke petugas penegak hukum banyak terjadi kolusi, manipulasi proyek, dan anggaran uang rakyat. Mengapa ? Karena dulu dirumah dan di sekolah, mereka dididik untuk menjadi lebih pintar otaknya saja. Mereka bukan dilatih untuk menjadi jujur dan bangga pada kejujuran sebagai bagian dari kecerdasan emosionalnya.
Di rana akhlak hampir di setiap tempat, kita mendapati orang yang mudah sekali marah dan merasa paling benar sendiri. Mengapa ? karena dulu sejak kecil di rumah dan di sekolah, mereka sering dimarahi oleh orang tua dan guru . Mereka buka diberi pengertian dengan kasih sayang dan kedamaian.
Hampir setiap sudut kota, kita temukan orang yang tidak lagi peduli pada lingkungan atau orang lain. Mengapa ? karena dulu sejak kecil di rumah dan di sekolah, mereka dididik saling berlomba untuk mengalahkan yang lainnya. Mereka bukan dibiasakan tolong-menolong untuk membantu sesama, terutama kepada yang lemah.
Di media sosial, selalu saja ada orang yang memngkritik tanpa mau melakukan koreksi diri sebelumnya. Mengapa ? karena sejak kecil di ruah dan di sekolah, mereka biasa dicaci tanpa diberi kesempatan berargumentasi. Mereka bukan didengarkan segala keluhan dan masalahnya.
Sedihnya lagi hampir setiap kesempatan, kita sering melihat orang ‘ngotot’ dan merasa paling benar sendiri dalam setiap persoalan. Megapa ? karena dulu sejak kecil di rumah dan di sekolah, mereka melihat orangtuanya dan gurunya ‘ngotot’ merasa paling benar sendiri. Mereka bukan dibiasakan memahami persoalan dan solusinya.
Di kantor, lampu merah, rumah ibadah, kuburan, dan tempat pariwisata, kita menemukan banyak pengemis. Mengapa ? karena sejak dulu di rumah dan disekolah mereka ditampar psikologinya dengan kekurangan-kekurangan yang mereka miliki. Mereka bukan diajari mengenali kekuatan-kekuatannya untuk menjadi tagguh mengahadapi tantangan zaman.
Pada dasarnya karakter manusia terbentuk dari kejadian-kejadian yang di proyeksikan pada mereka, mulai dari lingkungan keluarga sampai yang paling menghabiskan banyak waktu hidupnya yakni berada disekolah, ketimpangan-ketimpangan yang hadir saat ini tak sepenuhnya dapat menyalahkan keberadaan sang penghasut dalam hal ini karakter buruk yang biasa kita sebut syaitan karena keberadaannya dan kerena menjalankan tugasnya dengan baik namun saat ini yang perlu diperhatikan adalah bagaimana cara kita mampu membentengi diri dengan mengelolah lingkungan sosial menncakup rumah, tempat ibadah, wisata dan tentunya sekolah menjadi lingkungan pendidikan yang mencerahkan dengan begitu diharapkan mampu memperbaiki tatanan kehidupan melalui perbaikan proses pembentukan karakter manusia.
Penulis : Muhammad Hasbi Manan