POROSMAJU.COM- Namanya juga politik, A menit ini, belum tentu A dua detik kemudian. Riilnya dapat dilihat pada Bakal Calon (Balon) Gubernur Sulsel, Agus Arifin Nu’mang (AAN) yang di balihonya terpampang “Bagus”.
“Ceritanya”, begini. Senin, 4 Desember 2017, kabar berembus bahwa Gerindra akan menarik dukungannya dari Balon yang sudah ia dukung, Nurdin Abdullah-Andi Amran Sulaiman (NA-AAS). Konon, Ini, salah satunya, karena Prabowo Subianto, Ketua Umum DPP Gerindra, marah, NA mesra dengan rival Prabowo.
Lantas, Selasa, 5 Desember 2017 kabar berembus lagi, Gerindra merapat ke AAN. Sebelumnya, AAN memang sudah bicara di media, ia akan, entah dipeluk atau memeluk, Gerindra. Diktum AAN menarik, kurang lebih seperti ini, coba pikir, mungkinkah PDIP-Gerindra yang rival dan beda capres bisa mesra di Sulsel memenangkan seorang Balon Gubernur.
Nah, seiring kabar pelukan AAN dan Gerindra, kabar mencuat, AAN akan bergandengan dengan Tanri Bali Lamo (TBL). Katanya, ini arahan dari Ketua Umum Gerindra, yang sama pernah berbintang angkatan bersenjata dengan TBL. Kabar ini datang dari Asmin Amin, Juru Bicara AAN.
Kabar perihal pelukan dan gandengan tangan ini, otomatis membuat gandengan AAN sebelumnya, Andi Nurpati cenat-cenut. Sejumlah respons di medsos yang kurang lebih simpulannya menanyakan nasib Nurpati, “tebal hurufnya” tertulis mengomentari kabar tersebut.
Merunut jauh ke belakang, koalisi AAN-Andi Nurpati memang penuh pergolakan. Awalnya, AAN yang merasa representasi salah satu organisai keagamaan bergambar bola dunia ingin berpaketan dengan calon yang berasal dari organisasi keagamaan yang berlambang surya. Massa kedua organisasi keagamaan ini jelas.
Tersebutlah nama salah satu petinggi partai di Sulsel yang memang berasal dari organisasi keagamaan berlambang matahari. Namun, petinggi partai ini harus setia dengan karibnya. Koalisi AAN dan petinggi partai ini takwujud.
Selanjutnya, nama Andi Nurpati hadir. AAN punya beberapa alasan untuk mengiyakan ini. Pertama, Nurpati merupakan kader organisasi keagamaan gambar matahari; kedua, Mantan Komisioner KPU RI ini, adalah Wakil Ketua Bappilu Partai Demokrat, ya, Nurpati punya partai.
Paket AAN-Nurpati sempat “dikerja”, termasuk oleh tim Nurpati. Tapi, belakangan hari, terpampang nyata baliho AAN dengan Mustika Aliyah Ilham, anggota partai Mercy yang lain.
Beberapa alasan patut diduga atas ganti pasangan ini. Pertama, Mustika Aliyah Ilham merupakan istri Ilham Arif Sirajuddin (IAS) yang masih memiliki loyalis. IAS pernah Wali Kota Makassar dua periode dan Cagub yang cukup kuat saat Pilgub 2013.
Alasan kedua, Mustika Aliyah juga kader Partai Mercy. Meski tidak berasal dari oragnisasi keagamaan yang massanya jelas seperti “Surya”, tampaknya, AAN berpikir, Mustika Aliyah lebih “mendongkrak” dibanding Nurpati yang meski tokoh nasional tapi kurang popular di Sulsel.
Selang waktu, Partai Demokrat ternyata mengeluarkan surat tugas yang diartikan sebagai penentuan pilihan kepada bakal calon lain, bukan ke AAN-Mustika, bukan juga ke AAN-Nurpati.
Surat ini seakan meruntuhkan segalanya. IAS, Suami Mustika yang juga pernah petinggi Demokrat menulis surat kecewanya untuk Pemimpin Partai Demokrat atas surat tugas ke calon lain yang juga rival IAS.
Karena AAN melihat, tampaknya, ada potensi gagal nyalon karena partai sudah merapat ke bakal calon lain, AAN mulai memikirkan jalur independen. Ia kembali meninggikan representasi salah satu organisasi keagamaannya. Cari teman kumpul KTP, ia mengaungkan “koalisi keummatan”.
AAN kembali mendamba kader organisasi keagamaan bergambar surya. Akhirnya, Andi Nurpati sudi kembali ke AAN. Tim AAN-Nurpati bekerja keras kumpul KTP di masa hampir tenggat.
Meski demikian ANN-Nurpati tetap jalan. Katanya, KTP terkumpulkan, namun AAN enggan menyetornya ke KPU. Alasan keengganan AAN karena Ia optimis akan maju dengan parpol.
AAN yakin beberapa partai akan ke pihaknya, salah satunya Gerindra. Lantas berembuslah kabar yang telah disebutkan di bagian awal tulisan ini. Meski demikian, Nurpati tetap akan dijaga AAN , terlebih jika Nurpati bisa mendapatkan restu Demokrat untuk AAN-Nurpati.
Perjuangan, gerilya AAN untuk tetap maju di Pilgub Sulsel ini harus dipuji. Sementara itu, jika jadi AAN berpasangan dengan TBL, untuk “kesan” inkonsistensinya, gonta-ganti pasangannya, atau putus-nyambungnya dengan Nurpati, harus dimaklumi.
Ya, jika AAN-TBL jadi, harus dimaklumi: AAN itu politisi, sementara ia memang sedang berpolitk, dan memang begitulah politik; berubah-ubah itu pasti sama pastinya dengan ada yang kalah dan ada yang menang; sama pastinya dengan kematian.
Tidak keliru jika kita mengangkat topi untuk AAN yang sudah bersabar sejak Pilgub sebelumnya untuk menjadi Gubernur Sulsel dan untuk perjuangannya kini “yang tenang namun pasti” ini.
Akan tetapi, topi yang diangkat itu, apakah akan dipasangkan kembali ke kepala ataukah akan dilempar, dihempaskan, atau dibuang jauh, itu terserah pilihan kita masing-masing. Jika anda mengangkat topi untuk salut perjuangannya, mungkin anda melempar topi itu untuk inkonsistensinya, jika AAN-TBL jadi, Nurpati ditinggal lagi.
Tapi, ada baiknya, sebelum hal itu pasti, kita ingatkan kepada AAN. Beberapa waktu lalu, seorang bakal calon lainnya yang ganti pasangan banyak ditinggalkan oleh pihak yang semula mendukungnya. Semoga gonta-ganti ini, tidak menyebabkan hal yang sama. Bisa saja, karena melulu gonta-ganti, Bola dunia dan surya kecewa, ah, ditinggalkanlah. Lalu, demikianlah!
Perjuangan Bagus: Gerilya dan Inkonsistensinya
