Example 728x250
Hiburan

Penjelasan Ilmiah Alasan Orang Baik dan Aktivis Sosial Rentan Depresi

57
×

Penjelasan Ilmiah Alasan Orang Baik dan Aktivis Sosial Rentan Depresi

Share this article
Example 468x60


POROSMAJU.COM– Jurnal Nature Human Behavior menyebutkan, orang-orang baik atau mereka yang peka terhadap ketidakadilan atau ketidaksetaraan sosial (prososial) – lebih cenderung menunjukkan gejala depresi daripada orang-orang yang cenderung egois.
Riset yang dipimpin oleh Dr. Masahiko Haruno tersebut meneliti kaitan pola pikir orang-orang  prososial  dengan gejala klinis depresi jangka panjang.
Percobaan dilakukan dengan meneliti kepribadian 350 orang untuk menentukan kategori karakter ‘prososial’ atau ‘individualis’. Peneliti juga mengukur keinginan orang untuk saling berbagai kepada mereka yang kurang beruntung dari segi keuangan. Demikian pula pada kerelaan berkorban demi keadilan dan kesetaraan.
Peneliti memeriksa otak peserta riset yang telah dikelompokan dalam kategori prososial dan ‘individualis dengan menggunakan magnetic resonance imaging (MRI). Hal ini dilakukan untuk melihat area otak yang aktif selama situasi tertentu.
Hasilnya, terdapat perbedaan pada gambaran otak pada dua tipe ini. Saat memberikan uang kepada orang yang kurang beruntung, prososial menunjukkan aktivitas tinggi di amigdala (wilayah evolusioner otak yang terkait dengan perasaan otomatis, termasuk stres).
Sementara itu, aktivitas amigdala pada tipe individualis meningkatkan hanya jika orang lain menerima lebih banyak uang. Pada bagian hippocamus – daerah otak lainnya yang terlibat dengan respon stres – juga memiliki perbedaan.
Para peneliti kemudian menindaklanjuti temuan ini dengan kuesioner depresi umum yang disebut Inventaris Depresi Beck.  Kuesioner ini untuk melihat relasi pola aktivitas otak dengan gejala depresi dalam dua minggu sebelumnya.
Hasilnya, pola prososial yang meningkatkan aktivasi otak ini dikaitkan dengan kecenderungan depresi. Hal yang sama juga terjadi pada peserta riset setelah peneliti mengulang kembali riset ini setahun kemudian.
Menurut para peneliti, orang yang masuk dalam kategori ‘baik’ lebih rentan terhadap depresi karena mereka lebih cenderung mengalami empati, rasa bersalah, dan stres yang ekstrem.
Kepekaan emosional ini juga dihubungkan ke daerah terdalam dan paling otomatis di otak. Tempat inilah yang mudah memicu depresi.
Sebaliknya, Mauricio Delgado, seorang neuroscientist di Rutgers University mengatakan bahwa ada banyak bagian otak lainnya yang terlibat dalam depresi.
“Meski pun rata-rata mereka yang prososial mungkin memiliki amigdala dan hippocampus yang sensitif, ada banyak daerah otak orde tinggi lainnya yang terlibat dalam depresi, termasuk korteks prefrontal, daerah otak terkait dengan pengaturan perasaan otomatis ini,” ucapnya.
Dengan melatih proses otak tingkat tinggi (seperti korteks prefrontal) melalui terapi bicara, mereka yang prososial dapat belajar mengendalikan dan melawan emosi utama.
Semakin mereka dapat menggunakan korteks pra-frontal untuk mengurangi tekanan berbasis amigdala, semakin kecil kemungkinannya untuk jatuh dalam depresi.
Walau begitu, janganlah khawatir berbuat baik an peduli pada sesama. Ada banyak cara untuk menghalau depresi, seperti  melakukan hal sederhana ini dan 5 Cara Tingkatkan Serotonin, Hormon yang Mencegah Depresi.

Example 300250
Example 120x600

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *