POROSMAJU.COM-MAKASSAR, Sebelum adanya pengesahan dan penetapan dari Komisi Pemilihan Umum (KPU), tentu semua bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sulsel tidak dapat kita sebut sebagai Calon Gubernur dan Wakil Gubernur. Mereka juga tidak dapat dikatakan telah berkampanye. Sementara, melalukan kampanye sebelum waktunya merupakan sebuah pelanggaran dalam pilkada.
Soal kampanye dalam wujud serangan terhadap calon lain, sebenarnya digolongkan menjadi dua, yaitu kampanye hitam (black campaign) dan kampanye negatif (negative campaign). Istilah ini penting untuk dibedakan sebagai referensi menjelang puncak Pilgub Sulsel.
Kampanye negatif merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk sebuah kampanye yang tidak merendahkan, menyerang, menjelek-jelekkan atau menyebutkan sesuatu yang hal yang negatif terhadap suatu calon disertai bukti dan fakta-fakta pendukung.
Sementara itu, kampanye hitam juga memilki bentuk yang sama, yaitu kampanye untuk menjelek-jelekkan, menyerang, merendahkan suatu calon akan tetapi tanpa adanya bukti dan fakta-fakta pendukung. Kampanye hitam menyerupai sebuah fitnah di dalam politik.
Akan tetapi, meski berbeda, kedua kampanye tersebut harus dihindari demi keberlangsungan demokrasi yang sehat.
Dimanika Pilgub Sulsel saat ini belum dapat disebut sebagai black campaign atau pun negative campaign.
Meski demikian, belakangan, isu
Oleh karena itu, kita menggunakan saja istilah “jegal” untuk menamai dinamika politik di Pilgub Sulsel.
Dinamika ini merupakan wujud sebuah keadaan politik yang dinamis. Hal yang hadir, seperti pembegalan partai, dugaan penghilangan KTP dukungan, hingga berbagai dinamika khas pemlihan daerah.
Sebenarnya, sebelum merebak istilah “begal” untuk menamai suatu dinamika perpindahan dukungan suatu Parpol, ada beberapa dinamika yang lebih awal yaitu pemilihan teman untuk bersanding.
Sebut saja, Ichsan Yasin Limpo (IYL) yang awalnya begitu mesra dengan Rusdi Masse (RMS), Ketua DPW Nasdem Sulsel, tiba-tiba memilih Andi Muzakkar sebagai wakilnya untuk Pilgub Sulsel. Rusdi Masse kemudian secara tajam membanting stir dukungan kepada Nurdin Halid-Aziz Qahhar Mudzakkar (NH-Aziz).
Demikian halnya dengan Nurdin Abdullah (NA). Bupati Bantaeng tersebut awalnya diisukan akan menggandeng Tanribali Lamo sebagai wakil, akan tetapi karena sesuatu dan berbagai hal, NA justru memilih adik Menteri Pertanian yang merupakan seorang pegusaha asal Bone, Andi Sudirman Sulaiman (ASS).
Nurdin Abdullah pun sempat dicerca sebagai seseorang yang tidak memiliki pendirian dan dianggap tidak konsisten terhadap arah politiknya. Keputusan memilih ASS tentunya menjadi sebuah pukulan telak bagi Tanribali yang diistilakan di berbagai media dengan sebutan “diceraikan”. Fenomena ini banyak mengundang reaksi masyarakat.
Demikian pula, Agus Arifin Nu’mang yang saat ini menjabat sebagai Wakil Gubernur tak kalah menggeliatnya. Agus secara terang-terangan telah memasang berbagai spanduk dengan berbagai pasangan.
Sebuat saja, Agus pernah disandingkan dengan Aliyah Mustika Ilham sebagai calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sulsel. Hanya saja, seolah seperti hanya menguji publik, Agus kemudian diisukan beralih ke figur lain yaitu Andi Nurpati. Akan tetapi, pada detik-detik terakhir Agus memantapkan diri bersama dengan Tanribali Lamo.
Jegal-jegal politik pun terus berlanjut. Jika di awal-awal ada Partai Amanat Nasional (PAN) yang semula mendukung IYL-Cakka “dibegal” Nurdin Abdullah. Pasangan IYL-Cakka pun terancam maju di Pilgub karena kekurangan kursi. Meski di awal sempat diisukan ke Tanribali, akan tetapi IYL-Cakka mampu mengatasi serangan gelombang pertama dengan maju sebagai calon perseorangan (independen).
Tiga hari menjelang pendaftaran ke KPU, politik kembali memanas setelah Partai Gerindra mengalihkan dukungan dari NA-ASS ke Agus-Tanribali. Dinamika politik ini semakin cair mengingat partai NA-ASS masih didukung PAN dan PKS yang merupakan bagian dari koalisi merah putih nasional.
PKS dan PAN tentunya sempat diisukan hengkang ke Agus-TBL. Hal tersebut baru benar-benar terbantahkan setelah NA-ASS mendaftarkan diri ke KPU Sulsel.
Saat itu, pasangan Agus-Tanribali yang berada di ujung tanduk. Mereka masih kekurangan kursi dengan masa satu hari waktu pendaftaran. Pada malam hari, Agus-Tanribali akhirnya menyusul tiga paslon sebelumnya untuk mendaftarkan diri ke KPU.
Ternyata, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang para petingginya hadir bersama IYL-Cakka ke KPU mengalihkan rekomendasi dukungan ke Agus-Tanribali. Dengan Demikian, keempat pasangan ini dipastikan mendaftarkan diri ke KPU. Meski demikian, dinamika tersebut hanya bagian awal dari jegal-menjegal di Pilgub Sulsel.
Jegal-Jegalan dalam Pilgub Sulsel 2018 (Bagian 1)
Read Also
POROSMAJU.COM, Sebuah nama kembali muncul ke permukaan. Rocky Gerung,…
POROSMAJU.COM- Jika kita menelusuri jalan provinsi, 7 kilometer arah…