POROSMAJU.COM, Orang-orang Bugis dengan segala tradisinya memiliki cara yang unik dalam hal melarang. Gaya mendidik masyarakat Bugis tidak sekeras yang dipikirkan.
Penanaman pemahaman dan relasi dengan budaya dan tradisi masyarakat lampau atau sebelumnya membuat ikatan pola mendidik anak tetap terjaga, walaupun masyarakat sudah memegang nilai-nilai modernitas namun tradisi lama tidak serta merta ditinggalkan.
Cara melarang yang dimaksud adalah pemali yang oleh orang Bugis disebut pemmali. Masyarakat Bugis meyakini bahwa pelanggaran terhadap pemmali akan mengakibatkan ganjaran atau kutukan.
Kepercayaan masyarakat Bugis terhadap pemmali selalu dipegang teguh. Fungsi utama pemmali adalah sebagai pegangan untuk membentuk pribadi luhur. Pemmali memegang peranan sebagai media pendidikan budi pekerti.
Pemmali adalah larangan atau pantangan untuk berperilaku, baik verbal maupun non-verbal berdasarkan norma, adat yang berlaku dalam suatu komunitas. Demikian disampaikan oleh Prof. Dr. Tadjuddin Maknun, S.U. (2012).
Sebenarnya, bentuk-bentuk tabu yang terdengar tidak masuk akal tersebut memiliki maksud tertentu. Misalnya orang yang meninggalkan makanan atau minuman tanpa mencicipi merupakan wujud penolakan terhadap rezeki.
Ketika kita ditawari makanan, maka setidaknya makanan yang disajikan tetap harus dicicipi walau hanya sedikit. Pemmali katanya.
Selain itu, menikmati makanan atau minuman yang dihidangkan tuan rumah merupakan bentuk penghoramatan seorang tamu terhadap tuan rumah. Meninggalkan makanan dapat membuat tuan rumah tersinggung.
Bentuk pemmali yang lain adalah misalnya larangan tidur tengkurap,
Pemmali lewu moppang ananaE nasabaq magatti mate indoqna.
Yang berarti; pemali anak-anak berbaring tengkurap sebab ibunya akan cepat meninggal.
Cara tidur seperti ini dapat mengakibatkan ganguan terhadap kesehatan, misalnya sakit di dada atau sakit perut. Pemali ini berfungsi mendidik anak untuk menjadi orang memegang teguh etika, memahami sopan santun, dan menjaga budaya.
Anak merupakan generasi yang harus dibina agar tumbuh sehingga ketika besar ia tidak memalukan keluarga.
Selain itu juga yang umum didengar adalah larangan bagi anak gadis bernyanyi di dapur,
Riappemmalianggi anaâ daraE makkelong ri dapurennge narekko mannasui.
Yang berarti; pemali jika seorang anak gadis bernyanyi di dapur ketika memasak
Akibat yang dapat ditimbulkan dari pelanggaran terhadap larangan ini adalah kemungkinan sang gadis akan mendapatkan jodoh yang sudah tua.
Secara logika, tidak ada hubungan secara langsung antara menyanyi di dapur dengan jodoh seseorang. Memasak merupakan aktivitas manusia, sedangkan jodoh merupakan faktor nasib, takdir, dan kehendak Tuhan.
Jika dimaknai lebih lanjut, pemmali di atas sebenarnya memiliki hubungan erat dengan masalah kesehatan. Menyanyi di dapur dapat mengakibatkan keluarnya ludah kemudian terpercik ke makanan. Dengan demikian perilaku menyanyi pada saat memasak dapat mendatangkan penyakit.
Uniknya, larangan yang bernilai bagi kesehatan ini tidak dilakukan secara langsung, melainkan diungkapkan dalam bentuk pemmali. Pada dasarnya, perkataan orang tua adalah untuk kebaikan anak, bagaimanapun caranya.
Mendidik dengan Tradisi Pemmali; Penanaman Pemahaman dan Relasi Kebudayaan
Admin3 min read